Friday, September 25, 2015

Sejarah Desa Kayuputih

Artikel saya ini saya ambil dari salah satu blog seorang murid yang saya temukan pada saat mencari sejarah raja pertama kali di singaraja.
saya tambahkan beberapa hal yang penting agar kita makin mencintai desa kayuputih tercinta.
anda akan bangga dan sekaligus menambah pengetahuan tentang desa kayuputih

Zaman Prasejarah
Desa Kayuputih telah ada sejak zaman prasejarah, ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang terdapat dipusat pemukiman penduduk berupa: Sarkopagus/peti mayat yang terbuat dari Batu Padas berbatuan. Sarkopagus/peti mayat ditemukan oleh masyarakat pada waktu sedang membangun rumah. Jumlah Sarkopagus yang ditemukan dirumah-rumah penduduk kurang lebih 9 buah yang utuh berjumlah 1 (satu) dan yang pecah-pecah terdiri dari 8 (Delapan) buah. Selain Sarkopagus juga terdapat peninggalan 1 (satu) buah pura Munduk Duwur, dipura ini terdapat: ponjokan-ponjokan batu (Bebaturan) yang dipercayai sebagai kepercayaan leluhur pada zaman Bali Kuno.
Zaman Sejarah
Desa Kayuputih setelah zaman prasejarah telah masuk juga pakar-pakar kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melalui patung Siwa Pasupata, ini dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan antara lain:
*  Dipura Bale Agung:
Terdapat juga Palus yang bentuknya disamakan menyerupai alat kelamin laki-laki yang terbuat dari batu Andasit yang oleh masyarakat pengungsungan disebut: I Dewa Gede Celak Contong sebagai pemangkunya adalah Kubayan dan dijeroan terdapat patung tera kota yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, menyerupai seorang ibu yang sedang menyusui anaknya, dan tangan menyentuh Ibu Pertiwi (Bumi)
* Dipura Puseh:
Terdapat sebuah Dacin atau Timbangan dalam bentuk batu besar yang bentuknya bulat yang diyakini sebagai simbol keadilan.
* Dipura Bencingah:

Terdapat pohon Beringin yang sangat besar dan letaknya pas di tenggah-tengah desa,menurut penelitian Jarak dari Pohon Beringin ke Pura Kangin sama dengan Jarak dari Pohon Beringin ke Pura Kawuh hanya beda sedikit beberapa meter. ( pasti yang ini banyak warga kayuputih yang tidak tau ),Konon pohon beringin ini umurnya sudah mencapai ratusan tahun dan konon menjadi Pohon beringin terbesar di Bali. Sebenarnya banyak pohon-pohon yang besar,tetapi jenisnya bukan pohon beringin melainkan pohon Bundut seperti yang terdapat di Desa Gesing dan di desa-desa lainnya.
* Dipura Taman Suci(Pancake Tirta)
Di Pura ini terdapat sebuah batu yang sangat mirip dengan Bentuk Pulau Bali yang ada di Peta.
* Dipura Munduk Duwur:
Dipura Munduk Duwur juga terdapat peninggalan berupa: Lingga Yoni, Stupa Budha, dan ada juga 2 (dua) buah patung kecil sebagai penjaga berupa kuda laki dan kuda betina yang terbuat dari batu Andasit. Juga terdapat sebuah Batu Mekocok. Peninggalan-peninggalan Arkeologis tersebut hanya terdapat di Pura Bale Agung,Pura Puseh dan di Pura Munduk Duwur, disamping pura tersebut di Desa Kayuputih terdapat Pura-pura sebagai berikut:
  • Pura Kangin
  • Pura Dalem
  • Pura Prajapati
  • Pura Kawuh/Lawangan Agung
  • Pura Gunung Anyar
  • Pura Ulun Suwi
  • Pura Pesiraman
  • Pura Pejenengan Desa
  • Pura Pejenengan Sakti
  • Pura Agung
  • Pura Pemaksan
  • Pura Arak Api
  • Pura Taman Ireng
  • Pura Kayoan Sambong
  • Pura Agung

Zaman Kerajaan Ki Barak Panji Sakti Tersebutlah dalam Babad Brahmana Kemenuh bahwa di Desa Kayuputih meliputi Banyuasrep (Desa Banyuatis) yang memegang pemerintahan adalah Ki Pasek Gobleg sebagai prajuru (Akuwu) Ki Barak Panji Sakti adalah Raja Buleleng dan Beliau mempunyai seorang  Bagawanta yang dulunya bernama Ida Pedanda Made Kemenuh yang bergelar Dhanghyang Wiraga Sandhi yang berstana di Taru Pinge (Kayuputih) yang rencananya kembali pulang ke Jawa Dwipa (Pulau Jawa), perjalanan dari dari Gelgel rencana ke Jawa Dwipa dikarenakan di Gelgel terjadi kesalah pahaman DhangHyang Wiraga Sandhi dengan kerajaan Gelgel. Perjalanan pulang ke Jawa Dwipa melalui Den Bukit (Buleleng), melintasi jalan dan bukit (diatas Danau Buyan dan Tamblingan) dan setelah tiba Desa Taru Pinge bertemu dengan Ki Pasek Gobleg. Ki Pasek Gobleg bertanya kepada Dhang Hyang Wiraga Sandhi “mau kemana perjalanan paduka?” Beliau menjawab,” Bahwa saya mau pulang ke Jawa Dwipa”, mendengar pendeta mau pulang ke Jawa, ada keinginan Ki Pasek Gobleg untuk meminta kepada Pendeta agar mau tinggal di Tari Pinge untuk melaksanaka catur Asrama di Kayuputih, permintaan keinginan Ki Pasek Goblek belum bisa diterima oleh Raja Buleleng (Ki Barak Panji Sakti) karena Raja Buleleng belum menyetujui keinginan Ki Pasek Gobleg. Mendengar jawaban pendeta (Dhanghyang Wiraga Sandhi) sadarlah Ki Pasek Gobleg, bahwa memang benar apa yang disampaikan oleh Pendeta. Setelah itu besoknya Ki Pasek Gobleg berangkat ke Singaraja menyampaikan keinginannya kepada Raja Buleleng, agar sudilah Raja Buleleng untuk datang ke Desa Tarupinge untuk bertemu dengan Pendeta Dhanghyang Wiraga Sandhi. Keinginan Ki Pasek Juru diterima oleh Raja Buleleng, dan tibalah bersama-sama di Desa Tarupinge bertemu dengan Pendeta. Pada pertemuan itu permintaan Ki Pasek Gobleg (Juru) dengan Raja Buleleng agar sudilah pendeta tinggal di Desa Tarupinge sebagai pemegang Catur Asrama, semenjak itu maka terjadilah pemindahan kekuasaan dari Ki Pasek Gobleg kepada Pendeta Dhanghyang Wiraga Sandhi, atas permintaan Raja Buleleng maka menetaplah Beliau di Tarupinge (Kayuputih) dan mempunyai wilayah pemerintahan atas pemberian dari Raja Buleleng (Ki Barak Panji Sakti) yaitu dari Enjung Sanghyang (Kalibukbuk) sampai ke Desa Gading Wani, dengan wilayah kerja meliputi: Desa Banyuasrep (Banyuatis), Desa Adi Murda (Munduk), Desa Toya Leng dan Ori (Gesing), Desa Jombang (Gobleg), Desa Gedang Janur (Busung Biu), Desa Toya Beras (Banyuseri), Desa Padang Panjang (Pedawa), Desa Side Kerti (Sidetapa), Desa Tunjung Mekar (Gunung Sari), Desa Giri Suta (Ume Jero), untuk melaksanakan Catur Asrama di Desa Taru Pinge.


KESIMPULAN

  1. Desa kayuputih adalah desa tertua di bali yang memiliki sistem kepercayaan yang unik menjadikan beringin adalah tuhan dari segala tuhan.
  2. Karena bekas kerajaan dan pusat pemerintahan untuk singaraja bagian barat menjadikan kayuputih desa yang beda dari desa pada umumnya ini bisa dibuktikan dari pura yang dimiliki lebih dari 3. tidak seperti desa yang lain yang hanya memiliki dalem, puseh,bale agung, kayuputih memiliki pura yang banyak dengan fungsi berbeda ( sesuai urain diatas )
  3. peninggalan sejarah yang banyak ditemukan disini menjadikan bukti peradaban desa kayuputih adalah desa yang sudah memiliki tata kelola desa yang teretur dan tertata di masa dulu. sampai saat ini penempatan pohon beringin tepat ditengah desa bukan hal kebetulan, tapi sudah dirancang dengan sedemikian rupa agar menjadi poros kehidupan didesa ini.
  4. Kayuputih sudah memiliki kepercayaan tersendiri sebelum agama hindu masuk. ini dibuktikan dengan palus/alat kelamin laki laki yang disebut I Dewa Gede Celak Contong adalah tuhan yang digunakan masyarakat dulu sebagai tuhan untuk memohon hujan bukan dan merupakan simbol siwa yang dipercaya masyarakat pada umumnya ( karena ada sebelum hindu masuk ).
saya tidak mewajibkan atau mengharuskan ada percaya dengan tulisan saya ini,saya hanya memberi gambaran lain dari sudut pandang yang berbeda. dan sampai saat ini saya masih bangga dengan pohon beringin yang memiliki peran dan fungsi yang sangat berguna di masyarakat, membuat pohon ini lestari sampai kapanpun dan tidak akan mungkin ditebang seperti desa yang lain di bali.

melihat sejarah desa kayuputih saya yakin dan percaya suatu saat nanti akan ada pemimpin dari kayuputih yang akan memegang pimpinan no 1 di singaraja. tugas kita dan semua generasi muda kayuputih agar kembali berjaya sebagai panguasa di bali utara seperti di masa lalu.
jika merasa bermanfaat tolong di share ya..

1 comment:

  1. Pura cungkub bukan pr prajepati
    Perhitung piodal karya masing pura memakai sasih dan wuku

    ReplyDelete